Sunday, July 26, 2009

Tears

Kamu yang bilang bahwa kamu tidak suka melihat orang menangis.
Kamu yang bilang bahwa segala sesuatu itu tidak akan terselesaikan dengan tangisan, berbicaralah, jelaskan apa yg ada dibenakku.
Tapi jika kamu menjadi aku bagaimana?
Aku yang bukan tipikal orang penjelas, aku hanya bisa tenang dengan melampiaskannya dengan tulisan yang kata kamu ga penting.
Jika aku memakai pertanyaanmu itu untukmu bagaimana?

Kamu bukan aku dan aku bukan kamu.
Jelas.
Jadi seharusnya kamu tau, kadar ke-melan-kolisan tiap individu berbeda. Ada yg seperti kamu, tidak mudah menangis karena hal kecil. Dan ada yg sepertiku, mudah sekali menangis karena hal kecil. Dan ada juga orang yang berada diantara kita.
Jangan tanyakan aku mengapa, karena itu sama saja kamu kembali menyulut percikan api dalam hatiku.
Cukup kamu pergi, tinggalkan aku sendiri.

Sunday, July 12, 2009

Cari Muka

Angkat pantat ilang tempat.
Begitulah kondisi di kereta Argo Wilis dari Surabaya menuju Bandung sabtu kemarin. Selama perjalanan 12 jam tersebut, saya hanya 3 jam duduk di kursi saya sendiri.

Sekolah saya menyewa 5 gerbong. Temen-temen dari gerbong lain banyak yg mengedar di gerbong saya, dan konsekuensinya, kursi saya lenyap! Saya dan kodok pun memutuskan ke gerbong orang-orang yg mencuri kursi kita dan duduk disana.

Karna penggemar kodok semakin banyak saja dan saya agak serem banyak cowo-cowo yg agresif sama kodok, saya langsung aja narik kodok ke gerbong semula. Ternyata di gerbong kita sama aja, ada si Togar yg minta dicomblangin ke kodok. Untungnya kursi saya kosong dan kodok pun sembunyi disana.

Saya pun mengedar ke belakang, ke tempat genk autis main uno. Saya yg ingin ikutan harus menunggu. Karna lama maka saya memutuskan cari kursi dan alhasil tak ada. Saya pun berjalan ke tempat kodok dan nurina, wah ternyata si Togar ada di kursi sebrang.

Karna saya cape, maka saya duduk di bawah, di penyangga kaki kursi Nurina yg ada di pinggir. Saya menyandar di lutut Nurina kemudian geleng-geleng karna tingkah Togar makin parah.

"cari muka DIDEPAN kodok.." kata saya.
"cari muka DIBELAKANG bugenk.." kata kodok.
"ha..?" saya ga ngerti apa maksud kodok.
"tuh liat dibelakang ada papah panda," kodok cengengesan.

Saya mendongkak ke belakang, tapi tak terlihat karna terhalang kursi depan. Ya udah saya dan kodok geleng-geleng sambil cengengesan.

Tak lama kemudian, terdengar suara papah panda menawarkan sesuatu pada Nurina. Saya pun membalikan badan melihat tingkah pongah papah panda tapi tetap sandaran di lutut Nurina.

"apaan nih?" tanya Nurin.
"coba aja, enak," jawab papanda.

Yg ditawarkannya adalah mie bihun yg masih dibungkus plastiknya, yg diremukkan dan dimakan mentah.
Nurin pun mengambil dikit, dan papanda jalan lagi ke arah belakang untuk menawarkan makanannya itu.
Kurang ajar nih, saya ga ditawarin.

Setelah Nurin makan, terlihat dari raut mukanya kalo mie bihun tersebut tak enak. Saya dan kodok ketawa-ketawa.

Sekitar 2 jam kemudian kereta sampai di Bandung, dan saya masih tidak sempat duduk di kursi saya. Genknya Togar diem di gerbong saya mulu, ditambah papah panda yg selalu berkeliaran mulu.

Setelah turun kereta, kodok menyuruh melihat ke tempat papah panda. Dia di jemput keluarganya dan tau gak, ternyata adikknya lebih lucu dari pada papah pandanya. :)

Repost from pandaminnank.multiply.com

Friday, July 03, 2009

One Way to Mature Life

ga tau kenapa nih, kalo hati saya lagi agak-agak ga nyaman saya lebih milih untuk nulis disini daripada cerita sama temen.

perasaan saya sedang bener-bener ga jelas. antara seneng, kesel, marah, ingin nangis, dan penasaran.

kadang saya ga suka kondisi yg kaya gini. tapi di sisi lain saya sangat menikmatinya.

ya, saya akan menikmatinya saat ini.
temen saya bilang, 'one way to mature life'.

*senasib kita Ki. semangat!